Profil Desa Muncanglarang
Ketahui informasi secara rinci Desa Muncanglarang mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Muncanglarang, Bumijawa, Tegal. Jelajahi potensi agrowisata, pertanian sayuran subur di lereng Gunung Slamet, serta keindahan alam dan data wilayahnya yang lengkap. Temukan informasi terbaru dan terpercaya mengenai desa asri ini.
-
Sentra Hortikultura Strategis
Salah satu pusat utama penghasil sayuran di Kabupaten Tegal, dengan komoditas unggulan yang menopang perekonomian lokal dan regional.
-
Destinasi Wisata Alam dan Buatan
Memiliki daya tarik wisata yang signifikan, mencakup telaga alami seperti Telaga Kaliwangun dan destinasi buatan seperti Sindang Kemadu yang terus berkembang.
-
Lokasi Subur di Lereng Gunung Slamet
Berada di ketinggian yang ideal di kaki Gunung Slamet, memberikan keuntungan agroklimat yang luar biasa untuk pertanian serta panorama alam yang memukau.

Desa Muncanglarang, yang terletak di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, merupakan sebuah wilayah yang memegang peranan penting sebagai salah satu lumbung hortikultura dan destinasi wisata alam yang sedang berkembang. Berada di kawasan sejuk lereng Gunung Slamet, desa ini menyimpan potensi besar dalam sektor pertanian dan pariwisata, didukung oleh kekayaan sumber daya alam dan bentang alamnya yang menawan. Profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai aspek Desa Muncanglarang, dari kondisi geografis, potensi ekonomi, hingga arah pengembangannya di masa depan.
Sejarah dan Asal-Usul Nama
Meskipun catatan sejarah formal terbatas, asal-usul Desa Muncanglarang diyakini erat kaitannya dengan folklor dan cerita lisan yang diwariskan turun-temurun. Nama "Muncanglarang" sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yakni "Muncang" yang berarti kemiri dan "Larang" yang berarti terlarang. Konon, menurut cerita rakyat setempat, dahulu di wilayah ini terdapat pohon kemiri keramat yang buahnya tidak boleh diambil atau dimanfaatkan oleh sembarang orang. Mitos ini berfungsi sebagai kearifan lokal untuk menjaga kelestarian alam pada masanya.
Seiring waktu, wilayah ini mulai dihuni oleh masyarakat yang mengembangkan lahan untuk permukiman dan pertanian. Salah satu dukuh tua di wilayah ini, Dukuh Tenjo, memiliki cerita historis tersendiri yang terkait dengan masa perjuangan pasca-kemerdekaan. Wilayahnya yang cukup terpencil sempat menjadi lokasi pengungsian warga dari desa sekitar saat terjadi gejolak keamanan, menunjukkan perannya sebagai benteng pertahanan alami bagi masyarakat pada masa itu.
Kondisi Geografis dan Wilayah Administratif
Secara geografis, Desa Muncanglarang terletak pada koordinat sekitar 7°10′18″ Lintang Selatan dan 109°6′31″ Bujur Timur. Posisinya di lereng Gunung Slamet menjadikan desa ini memiliki topografi yang bervariasi, mulai dari perbukitan landai hingga lereng yang cukup curam, dengan ketinggian rata-rata yang ideal untuk budidaya tanaman hortikultura.
Luas Wilayah Desa Muncanglarang yaitu sekitar 4,58 kilometer persegi. Wilayah ini secara administratif berbatasan langsung dengan beberapa desa lain di dalam maupun di luar Kecamatan Bumijawa. Batas wilayah Desa Muncanglarang ialah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Cawitali
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Bumijawa
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan wilayah hutan lereng Gunung Slamet
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Batumirah dan Kabupaten Brebes
Letak strategis ini menjadikan Muncanglarang sebagai salah satu gerbang menuju kawasan pegunungan yang lebih tinggi, sekaligus jalur distribusi hasil pertanian ke pusat-pusat ekonomi di sekitarnya.
Demografi dan Struktur Kependudukan
Berdasarkan data terakhir dari publikasi "Kecamatan Bumijawa dalam Angka" yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, jumlah penduduk Desa Muncanglarang tercatat sebanyak 8,321 jiwa. Dengan luas wilayah 4,58 km², maka kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 1.817 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menunjukkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi untuk sebuah wilayah pedesaan, menandakan aktivitas ekonomi dan sosial yang dinamis.
Mayoritas penduduk Desa Muncanglarang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Generasi tua hingga muda banyak yang berprofesi sebagai petani sayuran, baik sebagai pemilik lahan, penggarap, maupun buruh tani. Sebagian lainnya bekerja di sektor informal, perdagangan, jasa, serta menjadi pekerja migran di kota-kota besar. Struktur sosial masyarakatnya masih sangat komunal dan memegang teguh nilai-nilai gotong royong, yang tercermin dalam berbagai kegiatan desa.
Pemerintahan dan Kelembagaan Desa
Roda pemerintahan di Desa Muncanglarang dijalankan oleh seorang Kepala Desa yang dibantu oleh jajaran perangkat desa. Pemerintah desa berperan aktif dalam merumuskan kebijakan pembangunan yang berfokus pada peningkatan infrastruktur, pemberdayaan masyarakat dan optimalisasi potensi desa. Berbagai lembaga kemasyarakatan seperti Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Karang Taruna, serta kelompok-kelompok tani menjadi mitra strategis pemerintah desa dalam menjalankan program-programnya. Sinergi antarlembaga ini menjadi kunci dalam menggerakkan partisipasi warga untuk pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
Potensi Ekonomi Unggulan: Pertanian Sayur dan Agrowisata
Sektor pertanian merupakan tulang punggung utama perekonomian Desa Muncanglarang. Tanah vulkanik yang subur dan iklim yang sejuk menjadi surga bagi budidaya aneka komoditas hortikultura. Tanaman sayuran seperti kubis, tomat, jagung, cabai, dan bawang daun tumbuh subur di lahan-lahan terasering yang menghiasi perbukitan. Hasil panen dari Muncanglarang tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal di Tegal, tetapi juga dipasok ke kota-kota besar lain di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sistem pertanian di sini sudah cukup maju, meskipun masih menghadapi tantangan seperti fluktuasi harga dan ketergantungan pada kondisi cuaca.
Seiring dengan kesadaran akan potensi alamnya, konsep agrowisata mulai dikembangkan. Beberapa petani mulai membuka lahannya untuk dikunjungi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman memetik sayur langsung dari kebun. Pengembangan ini menciptakan nilai tambah ekonomi, di mana pertanian tidak hanya menghasilkan produk mentah, tetapi juga menjadi sebuah atraksi wisata yang edukatif dan menarik.
Daya Tarik Wisata Alam dan Buatan
Selain agrowisata, Muncanglarang diberkahi dengan beberapa destinasi wisata alam yang memukau. Salah satu yang paling terkenal yaitu Telaga Kaliwangun, sebuah telaga alami yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Telaga ini menjadi sumber air bagi warga sekaligus tempat rekreasi yang menawarkan ketenangan dan keasrian.
Di samping potensi alam, inisiatif masyarakat dan investor lokal telah melahirkan destinasi wisata buatan yang populer, yaitu Sindang Kemadu (Sikadu). Terletak di Dukuh Pereng, objek wisata ini menawarkan berbagai wahana rekreasi keluarga dengan latar belakang pemandangan pegunungan yang indah. Keberadaan Sindang Kemadu berhasil menarik pengunjung dari berbagai daerah, memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar melalui penyediaan lapangan kerja dan peluang usaha di sektor jasa dan kuliner.
Infrastruktur dan Aksesibilitas
Akses menuju Desa Muncanglarang terbilang cukup baik. Jalan utama yang menghubungkan desa ini dengan pusat Kecamatan Bumijawa dan jalan raya Tegal-Purwokerto sudah beraspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun beberapa jalan di tingkat dusun atau jalan usaha tani masih memerlukan perbaikan dan peningkatan kualitas untuk memperlancar mobilitas warga dan pengangkutan hasil panen.
Ketersediaan fasilitas dasar seperti listrik dan jaringan telekomunikasi sudah menjangkau hampir seluruh wilayah desa. Fasilitas pendidikan dari tingkat PAUD hingga sekolah menengah pertama juga tersedia, sementara untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, warga dapat mengaksesnya di pusat kecamatan atau kota terdekat. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas pembantu dan posyandu juga aktif melayani kebutuhan kesehatan masyarakat.
Tantangan dan Arah Pembangunan Masa Depan
Sebagai desa yang terus bertumbuh, Muncanglarang menghadapi beberapa tantangan. Di sektor pertanian, isu regenerasi petani menjadi perhatian, di mana generasi muda cenderung lebih tertarik bekerja di luar sektor pertanian. Selain itu, manajemen pascapanen dan stabilitas harga komoditas masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu dicarikan solusinya melalui penguatan kelembagaan petani dan koperasi.
Di sektor pariwisata, pengelolaan lingkungan menjadi krusial. Peningkatan jumlah wisatawan harus diimbangi dengan upaya pelestarian alam yang serius agar tidak merusak aset utama desa. Arah pembangunan Desa Muncanglarang ke depan tampaknya akan berfokus pada integrasi antara pertanian dan pariwisata secara berkelanjutan. Penguatan brand Muncanglarang sebagai "Desa Agrowisata" dapat menjadi strategi jitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan kearifan lokal yang menjadi identitasnya.